Oleh : Retno Sukmaningrum, M.T.
Jika berbicara tentang remaja, maka akan kita temui berbagai pernik topic yang menarik, dari mulai pendapat mereka yang kritis, pola tingkah, gaya rambut, dandanan, sampai pakaian yang dikenakan. Banyak yang beranggapan bahwa ini semua sangat berkaitan erat dengan identitas remaja. Gaul and modis, siapa sih yang nggak pengen ? Pasti semua orang pengen. Saking pengennya, kadang cewek suka jadi plagiat total gaya hidup para selebritis. Coba deh lihat sekitar kita. Soal pakaian saja, remaja putri mencontek fesyennya selebritis lokal maupun Holywood semisal Agnes Monica, Jeniffer Lopez, Nicole Kidman, Madonna dan sebagainya. Rok mini diatas dengkul, bujal, aurat terbuka merata disekitar leher dan dada. Hidup para selebritis kita pun tak jauh dari aktivitas dunia gemerlap alias dugem. Berhura-hura di pesta dan tempat hiburan degan gonta-ganti pasangan. Menurut mereka, inilah identitas mereka sebagai remaja masa kini.
Ya, memang benar. Setiap orang akan menilai identitas orang lain paling mudah dengan melihat pola tingkah dan pola pikir, selain melalaui kartu identitas tentunya. Misalnya, kita akan mengatakan si fulanah ini seorang muslimah, karena ia mengenakan kerudung. Ternyata di dalam islam, identitas tidak hanya sekedar menggunakan kerudung saja bagi seorang muslimah. Islam mengatur perbuatan manusia yang diterima oleh Allah SWT adalah perbuatan yang didasari keikhlasan karena Allah memerintahkannya, dan perbuatan tersebut harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan Allah.
Manusia mengenal Allah dengan nalar dan perasaannya, menemukan petunjuk kepada undang-undang-Nya melalui perenungan dan pengamatan, berbuat mengikuti undang-undang dengan usaha dan jerih payahnya, menaati Allah dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab, menahan tendensi penyimpangan, melawan egonya dan syahwatnya dengan upayanya. Di setiap tindakan ini ini, manusia didasari keinginan, sadar, dan memilih jalannya dalam keadaan tahu kemana ujung jalan ini! Sehingga apapun yang diperintahkan oleh Allah, ia akan segera melaksanakannya, tanpa ada pertanyaan, keraguan, ataukah perlawanan. Dan sebaliknya, jika ada larangan dari Allah, kita harus menjauhinya. “sami’na wa atha’na”.Jika busana adalah salah satu cara untuk menonjolkan identitas seorang perempuan sebagai muslim, lalu bagaimanakah muslimah seharusnya berbusana?
Dalam urusan malbusat (urusan pakaian), Islam mengatur ada dua busana yang wajib dipakai seorang muslimah yaitu khimar (kerudung) dan jilbab. Di masyarakat, orang menyamakan begitu saja antara kerudung dan jilbab. Padahal antara keduanya sama sekali berbeda.
Kerudung adalah penutup kepala atau pakaian atas. Batasan kerudung, minimal dua kancing paling atas baju atau tepat diatas dada. Selain itu tidak boleh membentuk kepala. Kadang karena pengen tampil trendy, perempuan suka meniru gaya kerudung gaul ketat menutup kepala dan leher saja. Bahkan tanpa sadar kelihatan warna kulit lehernya. Nah, gaya seperti ini sebenarnya belum sesuai dengan syar’i. Perintah memakai kerudung ini ada di Al Quran surat An Nur ayat 31.
Jilbab sendiri dalam kamus bahasa arab Al Munawir artinya baju longgar yang terus kebawah tak berpotongan. Rambu-rambu dalam berjilbab antara lain tidak transparan sehingga kelihatan warna kulitnya, longgar, tidak press body serta irkha’ ilaa asfal alias hingga menutupi kedua kaki dan menyentuh asfal (tanah). Kewajiban ber-jilbab ini termaktub dalam surat Al Ahzab ayat 59.
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu.”
Jilbab ini digunakan oleh wanita untuk menutupi pakaian rumahnya (ats tsaub), manakala ia berada di luar rumah, atau kondisi umum yang orang lain bebas keluar masuk, tanapa memandang orang-orang tersebut muhrim ataukah nonmuhrim. Tapi tetap lengkap dengan penutup kepala (alias kerudung).
Begitu pula ketika muslimah tadi berada di kondisi khusus, rumah misalnya, tapi didalamnya terdapat lelaki asing (nonmuhrim). Maka ia harus menutup auratnya, mulai dari kerudung, dan pakaian yang tidak harus serupa dengan jilbab, asal tidak transparan, tidak ketat, dan tidak menyerupai pakaian laki-laki.
Karena itu, kesalahpahaman semacam itu perlu diluruskan, agar kita dapat kembali kepada ajaran Islam secara murni serta bebas dari pengaruh lingkungan, pergaulan, atau adat-istiadat rusak di tengah masyarakat sekuler sekarang. Memang, jika kita konsisten dengan Islam, terkadang terasa amat berat. Misalnya saja memakai jilbab (dalam arti yang sesungguhnya). Di tengah maraknya berbagai mode busana wanita yang diiklankan trendi dan up to date, jilbab secara kontras jelas akan kelihatan ortodoks, kaku, dan kurang trendi (dan tentu, tidak seksi). Padahal, busana jilbab itulah pakaian yang benar bagi muslimah.
Di sinilah kaum muslimah diuji. Diuji imannya, diuji taqwanya. Di sini dia harus memilih, apakah dia akan tetap teguh mentaati ketentuan Allah dan Rasul-Nya, seraya menanggung perasaan berat hati namun berada dalam keridhaan Allah, atau rela terseret oleh bujukan hawa nafsu atau rayuan syaitan terlaknat untuk mengenakan mode-mode liar yang dipropagandakan kaum kafir dengan tujuan agar kaum muslimah terjerumus ke dalam limbah dosa dan kesesatan.
Comment here